Menelusuri efisiensi biaya Pertamina di tengah tingginya harga minyak dunia

Node Sumber: 1526152

JAKARTA, Jun 22, 2022 – (ACN Newswire) – Perusahaan minyak dan gas milik negara PT Pertamina (Persero) berhasil mencapai optimalisasi biaya sebesar US$2.21 miliar pada tahun 2021 di tengah tingginya harga minyak mentah dunia.


Pertamina. SPBU ANTARA/HO – PT. Pertamina Patra Niaga Regional Kalimantan.


“Melalui strategi bisnis tersebut, pada tahun 2021 Pertamina berhasil melakukan optimalisasi biaya sebesar US$2.21 miliar yang diperoleh dari program penghematan biaya (cost-saving) sebesar US$1.36 miliar, penghindaran biaya sebesar US$356 juta, dan tambahan pendapatan (revenue growth) sebesar sekitar US$495 juta," kata Direktur Keuangan Pertamina Emma Sri Martini di Jakarta, Selasa.

Martini menjelaskan, Pertamina telah menyusun beberapa kebijakan dan strategi bisnis dari sisi finansial dan operasional untuk menghadapi tantangan harga minyak dunia yang terus meningkat.

Pertamina memperkuat strategi keuangan dan upaya operasional untuk meningkatkan efisiensi lintas lini bisnis, baik holding maupun sub-holding serta dari proses hulu hingga hilir, di tengah kenaikan harga minyak mentah.

Dari sisi finansial, Pertamina telah mengimplementasikan program optimalisasi biaya di seluruh Pertamina Group, antara lain penghematan biaya, penghindaran biaya, dan peningkatan pendapatan.

Dalam upaya penghematan tersebut, Pertamina juga menjalankan program hedging untuk pengelolaan risiko pasar. Selain itu, perusahaan telah melakukan sentralisasi pengadaan, memprioritaskan belanja modal, serta mengelola aset dan kewajiban untuk menekan biaya atau beban bunga (cost of fund).

“Kami berupaya mengoptimalkan seluruh biaya dan mengelola aspek keuangan perusahaan, menekan biaya, termasuk memprioritaskan proyek yang cepat hasilnya,” ujarnya.

Selain pengetatan keuangan, Pertamina juga menerapkan strategi operasional untuk meningkatkan pendapatan enam sub-holdingnya.

Di bisnis hulu, Pertamina terus meningkatkan produksi dan lifting migas untuk memanfaatkan kenaikan harga minyak. Akibatnya, produksi meningkat 4 persen dan lifting sebesar 3 persen.

Kinerja positif dari operasi hulu telah disumbangkan oleh Blok Rokan dan aset asing serta upaya yang konsisten untuk mempertahankan tingkat produksi melalui pengeboran sumur dan penemuan sumber daya.

Pada tahun 2021, Pertamina melakukan pemboran 12 sumur eksplorasi dan 350 sumur eksploitasi. Pada tahun yang sama, cadangan yang ditemukan (2C) mencapai 486.70 MMBOE (setara juta barel minyak) dan tambahan cadangan terbukti (P1) mencapai 623.47 MMBOE.

Di bidang pengolahan dan petrokimia, pada tahun 2021, Pertamina menerapkan strategi optimalisasi minyak mentah dan produk. Hal ini berkontribusi pada peningkatan nilai hasil produk sekitar 3 persen.

Strategi tersebut terkait dengan pemilihan dan substitusi ekonomi minyak mentah dan memaksimalkan produk bernilai tinggi dengan spread tinggi. Pada tahun 2021, produksi kilang juga meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan energi akibat pemulihan ekonomi nasional.

Kemudian, di sektor transportasi dan logistik, Pertamina mengoptimalkan load factor untuk mencapai pendapatan dan efisiensi biaya. Di bisnis gas, Pertamina juga meningkatkan volume niaga dan transportasi gas, serta volume transportasi minyak.

“Dan setelah legal end state, kita juga akan mengintensifkan resource sharing, seperti sharing fasilitas dan development agreement, khususnya di upstream subholding,” kata Martini.

Ia menambahkan, kinerja hilirisasi yang positif juga didukung oleh pemerintah melalui pengakuan selisih kompensasi HJE JBT Solar dan JBKP Pertalite pada tahun 2021 yang mencapai sekitar US$4 miliar atau setara Rp58.6 triliun (belum termasuk pajak) dan sekitar US$1.7 miliar atau setara Rp24.1 triliun (belum termasuk pajak). US$2018 miliar atau setara dengan Rp2019 triliun (belum termasuk pajak) pada tahun XNUMX dan XNUMX.

Menurut Martini, dukungan pemerintah akan berlanjut pada 2022 melalui revisi kebijakan yang akan menetapkan Pertalite (RON90) sebagai Bahan Bakar Penugasan Khusus pengganti Premium (RON88) dan penyesuaian harga Pertamax.

Sebagai apresiasi Pertamina atas dukungan tersebut, telah dilakukan beberapa inisiatif di sektor hilir yang sekaligus merespon perubahan pasar, seperti perluasan transaksi digital, percepatan gerai Pertashop untuk menangkap peluang pasar yang lebih besar di pedesaan, dan pengalihan energi SPBU. sumber ke panel surya.

Kita mengapresiasi keputusan pemerintah dan DPR yang telah menaikkan pagu anggaran subsidi dan kompensasi tahun 2022 guna menjaga dan melindungi daya beli masyarakat serta meredam potensi inflasi. Ini sebagai bentuk dukungan Pertamina dalam penyediaan energi di tengah tantangan tingginya harga minyak mentah,” ujar Martini.

Dengan dukungan tersebut, pada 2022, Pertamina akan melakukan upaya peningkatan produksi migas sebesar 17%, menargetkan Valuable Product Yield 79.9%, menambah sekitar 3 ribu outlet BBM Pertashop, mengembangkan pasar digital hingga 25 juta pengguna MyPertamina, dan meningkatkan pendapatan. dari non-captive market di bisnis pelayaran menjadi 7.5 persen.

Untuk memperkuat komitmen energi rendah karbon, akan dihasilkan listrik sebesar 7,138 GWh yang didukung dengan target peningkatan kapasitas terpasang hingga 2.9 GW. Strategi penting lainnya adalah membuka kunci nilai yang dikembangkan oleh anak perusahaan.

"Di bidang keuangan, kami akan fokus pada optimalisasi biaya yang ditargetkan mencapai US$600 juta. Kami akan terus berkomunikasi dengan pemerintah untuk memastikan keputusan yang baik bagi perusahaan," kata Martini. Jakarta (ANTARA) – Badan Usaha Milik Negara Perusahaan minyak dan gas PT Pertamina (Persero) berhasil mencapai optimalisasi biaya sebesar US$2.21 miliar pada tahun 2021 di tengah tingginya harga minyak mentah dunia.

“Melalui strategi bisnis tersebut, pada tahun 2021 Pertamina berhasil melakukan optimalisasi biaya sebesar US$2.21 miliar yang diperoleh dari program penghematan biaya (cost-saving) sebesar US$1.36 miliar, penghindaran biaya sebesar US$356 juta, dan tambahan pendapatan (revenue growth) sebesar sekitar US$495 juta," kata Direktur Keuangan Pertamina Emma Sri Martini di Jakarta, Selasa.

Martini menjelaskan, Pertamina telah menyusun beberapa kebijakan dan strategi bisnis dari sisi finansial dan operasional untuk menghadapi tantangan harga minyak dunia yang terus meningkat.

Pertamina memperkuat strategi keuangan dan upaya operasional untuk meningkatkan efisiensi lintas lini bisnis, baik holding maupun sub-holding serta dari proses hulu hingga hilir, di tengah kenaikan harga minyak mentah.

Dari sisi finansial, Pertamina telah mengimplementasikan program optimalisasi biaya di seluruh Pertamina Group, antara lain penghematan biaya, penghindaran biaya, dan peningkatan pendapatan.

Dalam upaya penghematan tersebut, Pertamina juga menjalankan program hedging untuk pengelolaan risiko pasar. Selain itu, perusahaan telah melakukan sentralisasi pengadaan, memprioritaskan belanja modal, serta mengelola aset dan kewajiban untuk menekan biaya atau beban bunga (cost of fund).

“Kami berupaya mengoptimalkan seluruh biaya dan mengelola aspek keuangan perusahaan, menekan biaya, termasuk memprioritaskan proyek yang cepat hasilnya,” ujarnya.

Selain pengetatan keuangan, Pertamina juga menerapkan strategi operasional untuk meningkatkan pendapatan enam sub-holdingnya.

Di bisnis hulu, Pertamina terus meningkatkan produksi dan lifting migas untuk memanfaatkan kenaikan harga minyak. Akibatnya, produksi meningkat 4 persen dan lifting sebesar 3 persen.

Kinerja positif dari operasi hulu telah disumbangkan oleh Blok Rokan dan aset asing serta upaya yang konsisten untuk mempertahankan tingkat produksi melalui pengeboran sumur dan penemuan sumber daya.

Pada tahun 2021, Pertamina melakukan pemboran 12 sumur eksplorasi dan 350 sumur eksploitasi. Pada tahun yang sama, cadangan yang ditemukan (2C) mencapai 486.70 MMBOE (setara juta barel minyak) dan tambahan cadangan terbukti (P1) mencapai 623.47 MMBOE.

Di bidang pengolahan dan petrokimia, pada tahun 2021, Pertamina menerapkan strategi optimalisasi minyak mentah dan produk. Hal ini berkontribusi pada peningkatan nilai hasil produk sekitar 3 persen.

Strategi tersebut terkait dengan pemilihan dan substitusi ekonomi minyak mentah dan memaksimalkan produk bernilai tinggi dengan spread tinggi. Pada tahun 2021, produksi kilang juga meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan energi akibat pemulihan ekonomi nasional.

Kemudian, di sektor transportasi dan logistik, Pertamina mengoptimalkan load factor untuk mencapai pendapatan dan efisiensi biaya. Di bisnis gas, Pertamina juga meningkatkan volume niaga dan transportasi gas, serta volume transportasi minyak.

“Dan setelah legal end state, kita juga akan mengintensifkan resource sharing, seperti sharing fasilitas dan development agreement, khususnya di upstream subholding,” kata Martini.

Ia menambahkan, kinerja hilirisasi yang positif juga didukung oleh pemerintah melalui pengakuan selisih kompensasi HJE JBT Solar dan JBKP Pertalite pada tahun 2021 yang mencapai sekitar US$4 miliar atau setara Rp58.6 triliun (belum termasuk pajak) dan sekitar US$1.7 miliar atau setara Rp24.1 triliun (belum termasuk pajak). US$2018 miliar atau setara dengan Rp2019 triliun (belum termasuk pajak) pada tahun XNUMX dan XNUMX.

Menurut Martini, dukungan pemerintah akan berlanjut pada 2022 melalui revisi kebijakan yang akan menetapkan Pertalite (RON90) sebagai Bahan Bakar Penugasan Khusus pengganti Premium (RON88) dan penyesuaian harga Pertamax.

Sebagai apresiasi Pertamina atas dukungan tersebut, telah dilakukan beberapa inisiatif di sektor hilir yang sekaligus merespon perubahan pasar, seperti perluasan transaksi digital, percepatan gerai Pertashop untuk menangkap peluang pasar yang lebih besar di pedesaan, dan pengalihan energi SPBU. sumber ke panel surya.

Kita mengapresiasi keputusan pemerintah dan DPR yang telah menaikkan pagu anggaran subsidi dan kompensasi tahun 2022 guna menjaga dan melindungi daya beli masyarakat serta meredam potensi inflasi. Ini sebagai bentuk dukungan Pertamina dalam penyediaan energi di tengah tantangan tingginya harga minyak mentah,” ujar Martini.

Dengan dukungan tersebut, pada 2022, Pertamina akan melakukan upaya peningkatan produksi migas sebesar 17%, menargetkan Valuable Product Yield 79.9%, menambah sekitar 3 ribu outlet BBM Pertashop, mengembangkan pasar digital hingga 25 juta pengguna MyPertamina, dan meningkatkan pendapatan. dari non-captive market di bisnis pelayaran menjadi 7.5 persen.

Untuk memperkuat komitmen energi rendah karbon, akan dihasilkan listrik sebesar 7,138 GWh yang didukung dengan target peningkatan kapasitas terpasang hingga 2.9 GW. Strategi penting lainnya adalah membuka kunci nilai yang dikembangkan oleh anak perusahaan.

"Di sektor keuangan, kami akan fokus pada optimalisasi biaya yang ditargetkan mencapai US$600 juta. Kami akan terus berkomunikasi dengan pemerintah untuk memastikan keputusan yang baik bagi perusahaan," kata Martini.

Kontak: Fajriyah Usman, VP Corporate Communications, PT Pertamina (Persero)
G: +62 858 8330 8686, Email: fajriyah.usman@pertamina.com, URL: https://www.pertamina.com
Ditulis oleh: Azis Kurmala, Editor: Suharto (c) ANTARA 2022

Hak Cipta 2022 ACN Newswire. Seluruh hak cipta. www.acnnewswire.comPT Pertamina (Persero) berhasil mencapai optimalisasi biaya sebesar US$2.21 miliar pada 2021 di tengah tingginya harga minyak mentah dunia.

Stempel Waktu:

Lebih dari Kawat Berita ACN